Tuesday, March 30, 2010

Hanif dapat cobaan




Hidup adalah serangkaian ujian dan cobaan. Setelah minggu ikut masyiroh, hanif mungkin kecapaian, setelah lomba FUtsal kalah di SMP Muh 1 Kamis sore. Paginya sakit. Dua hari Jumat-sabtu tidak masuk.. muntah. DIkira muntah biasa. Hanif ditinggal ke KID-FAN. EH. tahunya pulang-pulang hanif sudah kejang....Langsung dilarikan ke rumah sakit.... RSCC. Setelah ditolong dengan oksigen, diinfus .. alhamdulillah... cuma semalam. Besok Minggu SOrenya sudah dapat dibawa pulang...Penyakit Ci-ku-ngu-nya katanya. Pusing panas dan kejang-kejang. Semoga menambah keshabaran kita semua ... sekeluarga

Thursday, March 18, 2010

Fikri


Gak mau kalah sama Hanif, Fikri ikut bawa-bawa poster ... Tolak OBAMA

Sunday, March 14, 2010

Pengalaman Hanif Pertama Masyiroh


Aksi Teatrikal

Hari Minggu 14 Maret 2010, liburan sekolah. Menjelang kedatangan presiden Barrack Obama ke Indonesia (rencana 20-22 Maret 2010), HTI DIY mengadakan masyiroh Tolak Obama. Pengalaman pertama Hanif mengikuti masyiroh Jalan Kaki dari Masjid Syuhada ke Kantor Pos Besar melalui Jalan Malioboro. Pulang-pulang masih terngiang-ngiang yel-yel masyiroh...

Thursday, March 11, 2010

Metode Studi AlQuran ala JOL


Alquran adalah kitab suci yang diyakini oleh setiap muslim sebagai mukjizat, petunjuk yang sempurna dan warisan Rosul yang paling berharga bagi setiap muslim. Studi Alquran kemudian menjadi kritikal bagi setiap muslim dan akan menentukan corak pemahamannya terhadap islam itu sendiri. Membelokkan pemahaman muslim terhadap Alquran sudah lama menjadi target orientalis untuk meruntuhkan keyakinan kaum muslimin atau minimal membelokkan seperti keinginan mereka. Berikut ini resensi yang mengkritisi buku METODOLOGI STUDI ALQURAN, yang ditulis oleh tiga tokoh JIL : Abd Moqsith Ghazali, Luthfi Assyaukanie, dan Ulil Abshar-Abdalla .. selamat membaca : KRITIK TERHADAP METODOLOGI STUDI ALQURAN DARI JIL

Sunday, March 7, 2010

Satu Contoh lebih baik dari seribu nasehat


Kira-kira itu kata kunci dari ceramah wali murid pengajian SD Muhammadiyah Sapen, Klas V dan Klas I Minggu 7 Maret 2010. Seperti biasa setiap minggu di SD Muh Sapen selalu ada pengajian wali murid untuk evaluasi perkembangan studi. "SD Muh Sapen satu2nya SD swasta yang mendapatkan label SD SBI (Sekolah Bertaraf Internasonal"), Kata Pak H. Saijan, pak Kepala sekolah. Pagi in ceramah diisi oleh Drs., Abdul Kudus, MSi, Kepala Sekolah SMA Muh 7 YOgya. Alumni Gontor yang saat ini berpenampilan "subur", karena ayem.. kata Pak Saijan.
Apa point yang akan saya sampaikan adalah: Kalau untuk keluarga kecil, teladan begitu penting daripada sekedar nasehat, tetapi dalam dakwah di masyarakat kita ternyata lebih sering berisi nasehat-nasehat saja tanpa keteladanan. Pemimpin juga hanya sering nasehat-nasehat, tanpa keteladanan, saja sehingga agenerasi muda jadi generasi "bonek" dan generasi "tawur" karena teladannya pemimpin pada tawur, meski nasihatnya pemimpin harus amanah dan jujur, tetapi prakteknya tidak ada keteladanannya.
Jadi sepertinya dakwah mesti juga diarahkan untuk islam ini bukan hanya nasehat tetapi juga paraktek real. JIka nasehat-nasehat hanya islam bagus, islam adil, islam sempurna, ... sementara prakteknya tidak ada satu buktipun tentang itu. rasa2nya orang tidak pernah percaya. Jangankan orang lain, orang islam sendiripun tidak percaya. Dakwah ke arah praktek islam real , misalnya penerapan hukum islam, atau penerapan politik islam, sayangnya kemudian malah dianggap fundamentalis dan ekstrimis, justru oleh kalangan islam itu sendiri... Jadi mesti darimana memulainya kalau begitu??? Wallahu a'lam

Friday, March 5, 2010

Pinter-pinter kok masuk pondok

Sering satu dua kali saya mendengar teman berkomentar. Ketika memanyakan kepada kami :"Putranya sekolah dimana?", lantas kami menjawab :"Anak-anak kami di Pondok". Lantas dikomentari :" Apa tidak sayang, putranya pinter-pinter kok dimasukkan pondok". Biasanya kami tidak langsung menjawab. Tetapi kemudian kami mencoba membangun argumentasi kenapa anak-anak kami, kami serahkan ke Pondok. ALFA, anak pertama kami di Pondok Gontor- 1 Ponorogo, dan FATMA anak kedua kami di Gontor Putri-3 Ngawi. Alhamdulillah ALFA saat ini sudah tingkat akhir tinggal menunggu ujian. Kami bersyukur dan terharu melihat perkembangan ALFA, yang ketika kecil nakal, tidak mandiri. Sekarang nampak dewasa dan mandiri. Kami merasa semua itu berkat tempaan pondok yang super ketat, sarapan cuma sama sambel, ketemu lauk cukup seminggu sekali. Masjid GOntor I ini menjadi kenangan buat ALFA ...



FATMA, juga alhamdulillah sudah krasan. Masuk pondok karena kemauan sendiri. Bahkan kami sebenarnya cukup sedih ketika harus berpisah setelah lulus SD. Terasa waktu berlalu begitu cepat... . Sekarang sudah hampir selesai klas 3. Pernah suatu waktu tidak krasan dan minta keluar. Ketika kami tanya alasannya karena ingin jadi Dokter, dan di Pondok tidak memberikan bekal untuk jadi dokter. Lalu kami bujuk dan saya ceritakan kisah anak putri teman saya yang keluar dari pondok kerana ingin jadi dokter, dan setelah keluar pondok, pindah SMA, setelah lulus SMA ternyata juga tidak dapat masuk Fakultas Kedokteran. Saya yakinkan bahwa Allah yang akan mengatur segalanya. Kalau memang ingin jadi Dokter, insya Allah, Pondok bukan halangan...Alhamdulillah FATMA dapat menerima argumen kami, dan sekarang sduah mulai enjoy lagi..



Saya cukup paham, bahwa kebanyakan kita menganggap pondok bukan pilihan masa depan yang baik, terutama untuk karir hidup seseorang. Bagi kebanyakan masyarakat, termasuk muslim, pilihan terbaik adalah, SMP favorit, SMA favorit dan Perguruan Tinggi favorit dengan jurusan favorit semacam KEDOKTERAN, TEKNIK, EKONOMI, PSIKOLOGI atau FARMASI. Alhamdulillah kami tidak lagi berprinsip seperti itu. Sederhana saja argumennya, sebuah hadtis : "Kejarlah urusan akheratmu maka insya Allah urusan dunia akan mengikuti". Aplikasi kami perdalam ilmu agama dengan benar, maka masalah kehidupan nanti serahkan kepada Allah. Mungkin bagi sebagian orang ini argumen konyol. Tetapi perjalana hidup saya dan istri telah mengajarkan keyakinan seperti itu. Saya bilang sama istri, "saya ingin anak-anak masuk pondok bukan karena saya paksa. Saya ingin anak-anak memahami agama dan berjuang untuk agama ini dengan pemahaman yang tinggi. Saya tidak terlau peduli akan jadi apa anak-anak saya nanti. Dokter, Insinyur, Guru, atau profesi apapun... yang penting mereka ikut memperjuangakan agama ini..." demikian prinsip saya. Kalau menuruti perasaan maunya anak-anak tetap bisa berkumpul, selama mungkin. Sedih menahan kangen... Tetapi dengan keyakinan justru dengan anak-anak jauh setiap saat kami berdoa untuk mereka. Dan saya yakin mereka berdoa untuk kami. Lain dan belum tentu itu terjadi ketika mereka anak-anak selalu bersama kita.........Ya Allah semoga Engkau menjaga mereka dimanapun mereka berada. Amin!

Wednesday, March 3, 2010

Kekesalan seorang dosen

Ketika kuliah ada siswa main telpon atau menerima telpon memang bisa bikin emosi... Seperti dalam klip ini ...