Friday, January 6, 2012

DAKWAH

Sebuah kata yang sering dan selalu kita dengar. Bahkan pada sementara kalangan sangat akrab. Setiap kali disebut dengan berbagai kata turunannya. Kata-kata turunan itu misalnya "maslahah dakwah","aktivis dakwah", "mujahid dakwah", "gerakan dakwah", "partai dakwah", "dakwah bil hal", "dakwah kultural", "dakwah politik", dll, dsb. Penulis pernah suatu saat memasuki sebuah blog yang FULL bicara tentang DAKWAH. Judul-judul blog penuh nasehat, seperti "BEKAL UNTUK PEJUANG DAKWAH", " NASEHAT UNTUK AKTIVIS DAKWAH", "KETIKA DAKWAH MULAI FUTUR".. dll. Tapi saya telusuri satu demi satu blog itu artikel-artikelnya tidak satupun mendefinisikan APA ITU DAKWAH? Yah mungkin penulis blog berasumsi bahwa seluruh pembacanya tahu dan mengerti apa itu dakwah.
Pada kenyatannya kadang kita bicara sesuatu konsep dengan teman sementara lawan bicara dengan kita memiliki pemahaman yang berbeda tentang konsep yang sedang kita bicarakan tersebut. Demikian juga tentang konsep DAKWAH. Sering sekali pemahaman pembicara berbeda dengan lawan bicara dan kemudian adu argumen seru dengan pemahaman yang berbeda tersebut.
Apa lalu sebenarnya DAKWAH itu?
Secara bahasa dakwah berasa dari kata da'a, yang artinya menyeru atau mengajak, manusia agar mau mengikuti ajakan sang penyeru (da'i). Secara istilah dakwah (atau tepatnya "dakwah islam")berarti menyeru atau mengajak ummat manusia untuk mau menerima Islam dan mengamalkannya. Dari sinilah muncul keluasan makna yang sangat besar. Islam mencakup segala macam aspek rinci yang sangat luas. Seseorang bisa mengambil bagian manapun dari islam yang akan dia pilih agar orang lain mau mengikuti. Seorang guru TPA yang mengajak anak-anak belajar Juzz Amma juga sudah ber-dakwah, demikian juga Guru Ngaji di kampung yang mengajari tata cara shalat jenazah juga sudah berdakwah, atau seorang "politikus" bisa mengatakan bahwa dai masuk parlemen karena ingin berdakwah di parlemen dan agar parlemen bisa lebih "islami" gitu.
Nah, di sini mulai terbuka perbedaan pemahaman tentang dakwah. Seseorang bisa saja ingin jadi da'i single fighter yang "pekerjaan-nya" ceramah di mana-mana, mengisi pengajian di mana-mana, dan bicara apa saja yang penting "islam". Tapi orang tersebut enggan dan tidak mau mengikatkan diri dengan jamaah dakwah. Lho apa yang salah? Apa pula itu "jamaah dakwah"? apakah "kumpulan orang-orang yang pekerjannya berdakwah?". DI sini muncul konsep lagi yang baru yang harus disamakan dulu persepsinya, yaitu "JAMAAH DAKWAH".

Pengertian JAMAAH DA'WAH.
Setiap orang yang bergabung dengan jamaah dakwah pastinya telah membaca ayat alquran AL Imran 104 ini :











Ayat ini oleh saudara-saudara dari kalangan Muhammadiyah sering disebut ayat Muhammadiyah, karena dari sinilah lahir gerakan dakwah Muhammadiyah. Tentu muhammadiyah selaku gerakan dakwah. Disimpulkan bahwa untuk dakwah kepada Islam tidak mungkin berjalan sendiri-sendiri, organisasi atau jamaah itu hukumnya wajib, harus ada. Jika kemungkaran terorganisir dan berjamaah dengan rapi maka bagaimana kebaikan bisa mengalahkan kemungkaran jika ia tidak terorganisir. Dari sini dapat dimengerti bahwa jika seseorang tidak mau mengikatkan dengan jamaah dakwah sesungguhnya dakwah nya akan lemah. Meskipun bisa saja ia tetap disebut seorang da'i. Tapi hasil seruan-nya akan sangat terbatas.

Lantas apa tujuan jamaah dakwah?
Di Indonesia ini banyak sekali jamaah dakwah, sekedar menyebut yang sering muncul : Muhammadiyah, NU, FPI, MMI, HTI, Jamaah Tabligh, Majlis AdzZIkra, Majlis tafisr Alquran (MTA), Salafi, Persis, Tareqat-tareqat sufi, partai-partai politik islam, atau sekedar majlis-majlis taklim ibu-ibu dst dll. Kenapa jamaah itu sedemikian banyak? dan apakah dibolehkan jamaah yang banyak tersebut? Ada sementara pihak yang melarang firqoh-firqoh yang banyak dengan menggunakan hadits nabi tentang nanti ummatku akan pecah menjadi 73 golongan. Alasan seperti itu enurut hemat kami kurang tepat, karena adanya jamaah dakwah yang banyak tersebut muncul dari perbedaan di dalam memandang islam, perjuangan islam, dan prioritas perjuangannya. Jamaah yang banyak tersebut "Insya Allah" semuanya bertujuan ingin memperbaiki islam, ingin memperjuangkan islam, dan ingin agar ummat islam berjaya kembali di bumi ini. Tetapi ketika mereka memandang bagaimana memperjuangkan islam, apa yang harus diperjuangkan lebih dahulu, dan bagaimana menerjemahkan perjalanan dakwah nabi, mereka berbeda pendapat. Jadilah mereka bertahan dengan masing-masing pendapatnya ini dalam memperjuangkan islam. dan semuanya adalah "jamaah dakwah", semuanya bertujuan ingin islam mulia, ingin islam jaya. Dus tujuannya sama :"BERJAMAAH DALAM RANGKA MEMPERJUANGKAN ISLAM".
Kalau tujuannya sama, lantas kenapa mesti berbeda? Ya jawabannya karena perbedaan dalam memandang prioritas dan metode dakwah. Ada yang memandang yang mendesak adalah mengatasi kemiskinan dan memperbaiki pendidikan. Maka dakwah harus dimulai dari sana. Memandang bahwa dakwah melalui politik akan banyak kendala, maka mulai lah dakwah dengan pendekatan kultural. Yang lain memandang bahwa kehancuran ini karena ummat rusak aqidahnya, kotor dan berlepotan dengan syirik dan bid'ah. Maka dakwah harus dimulai dengan memurnikan akidah yang semurni-murninya. Yang lain lagi memandang bahwa dalam islam itu jamaah dapat diukur dengan sejauh mana jamaah shalat sudah dilakukan, kalau jamaah shalat saja kacau balau, apalah lagi jamaah yang lebih luas dalam bentuk politik atau mengatur negara? Yang lain lagi melihat bahwa dalam kehidupan ini pihak yang menjadi panglima kehidupan adalah politik. Segala sesuatu dimulai dari politik, dan pemerintahan yang rusak adalah sumber dari segala bentuk kerusakan. Oleh karena itu maka dakwah harus dimulai dari politik. Nabi adalah seorang politikus yang ulung....!!!
Yang lain lagi memandang bahwa politik itu kotor, politik itu panglimanya adalah kepentingan. Dan kerusakan ini disebabkan karena manusianya rusak. Dan manusia itu rusak karena hatinya rusak. Maka memperbaiki sistem yang rusak harus dimulai dengan memperbaiki manusianya. Dan memperbaiki manusia harus dimulai dengan memperbaiki HATINYA. QOLBUNYA mesti di-"menej" dengan benar dan baik, baru ia akan menjadi manusia yang baik.
Mungkin kita akan bingung, karena sepintas kilas semua jawaban itu benar adanya. Lantas adakah jawaban yang paling benar??? Lantas sebaiknya ikut jamaah yang mana?? Atau kalau bingung ya tidak usah berjamaah saja. Atau ikut "jamaah bingung" saja?.

Memilih Jamaah Dakwah