Tuesday, June 29, 2010
Sunday, June 27, 2010
Khutbah dan Konversi File Audio
Permasalahan ketika saya mau sharing file audio yang ber-format AMR. cari2 di google ketemu cara pasang audio player di blog, dengan ngetik di google teks:
pasang audio player di blog terus klik search. Saya dapatkan link alamat milik akhi abu-farhan :ini . Terima kasih akhi!
Setelah saya lacak saya kemudian mendapatkan bahwa saya harus upload file audio saya di : http://www.archive.org yang dapat di klik disini
Singkat cerita saya sign-up dan upload file AMR saya. Berhasil, dan hasil File audio saya dapat dipanggil, audio player dapat di-embedd dalam blog saya.
Waduh ternyata player yang memainkan AMR tidak didukung oleh archive.org, jadilah jika di-embedd audio player yang memainkan MP3 yang terjadi adalah suara yang sangat jelek, seperti contoh posting sebelum ini.
Kepikir pasti kalau di-konvert dulu file AMR saya ke file MP3 hasilnya akan lebih bagus.
Tanya mbah google, cara konversi AMR ke MP3 ketemu :
Saya mendapatkan bantuan dua link ini :
1. http://digitalhuda.com/
2. http://islam-download.net/software-free-gratis-terbaru/multimedia-audio-video/software-konversi-audio.html#axzz0s0qyY3QU
Alhamdulillah telah berhasil download software , bernama :Swicth Sound Converter :
dari http://www.nchsoftware.com
Alhamdulillah konversi dapat dilakukan. Satu hal yang harus diingat ternyata ukuran file jadi 5 kali lipat, AMR khutbah 20 menit cukup 2 M setelah dikonversi ke MP3 jadi 20 M, yah tak apalah...
Inilah hasil konversi tersebut : Download File MP3
Play File Audio MP 3 Khutbah :Play MP3 Khutbah
Saturday, June 26, 2010
Ulama dan Ummat harus tahu "Politik"
Download audio : disini
Play MP3 version :
Hadits: "man asbaha wa lam yahtam biamril muslimin Falaisya minhum...!! (HR:Thobroni)
Hadits :”Man ra’a minkum munkaran fayughoyyirhu biyadihi, faillam yas tati’ fa bilisanihi, fa illam yas tati’ fa biqolbihi, wa dzalika ad’aful iman”
Berhukum pada hukum Allah merupakan kewajiban yang sangat tegas
Berhukum kepada hukum Allah bukan hanya masalah individu dalam urusan ibadah:sholat, puasa, haji dll, atau dalam masalah akhlaq: jujur, amanah, tawaduz’ dll . Tetapi juga dalam bermuamalah sesama manusia : dalam urusan ekonomi, sosial atau bahkan politik.
Sayangnya banyak diantara umat islam yang baik agamnya tetapi buta politik, tidak mau berpolitik, dan tidak mau tahu urusan politik. Tidak jarang bahkan ada ungkapan: Ulama jangan ber poltik, politik itu kotor, penuh tipuan dll
Hadirin RK:
Apa itu politik? Dalam bahasa arab : ”Siyasatan”
Secara lughah (bahasa), siyasah (politik) berasal dari kata sasa, yasusu, siyasatan yang bererti mengurus kepentingan seseorang’. Perkataan siyasatan menurut pengertian bahasa adalah ‘pemeliharaan/pengurusan’.
Adapun maksud siyasah menurut istilah/syara’ adalah ri’ayah asy-syu’un al ummah dakhiliyyan wa kharijiyan (mengatur/ memelihara urusan umat baik dalam masalah dalam atau luar negeri)
Dalil :”Kanat banu israila tasusuhumul ambiya’, kullama halaka nabiyyun khalafahu nabiyyan, wa innahu la nabiyya ba’di fa sayakunu khulafa’ fayaktsuruun”
“Adalah Bani Israel dahulu yang mengatur urusan mereka adalah nabi-nabi (tasusuhum al-anbiya’). Bila wafat seorang Nabi, maka diganti dengan Nabi yang berikutnya. Sesungguhnya tidak akan ada lagi Nabi sesudahku tetapi akan ada Khulafa’ dan jumlahnya banyak. (HR Bukhori Muslim)
Al-ulama’u waratsatul ambiya’= ulama itu pewaris para nabi, mewarisi ilmu agama para nabi, mewarisi pekerjaan para nabi, yaitu mengurus kepentingan ummat, mengatur dan menunjukinya dengan islam ”
Sesuungguhnya yang paling takut kepada Allah diantara hamba2ku adalah para ulama’, sesungguhnya Allah maha Agung dan maha pengampun.
Ulama tidak berpolitik dan tidak mau tahu urusan politik maka ia tidak dapat disebut ulama.
CATATAN BESAR: Politik bukan dalam arti ”POLOTIK PRAKTIS”, politik demokrasi yang penuh tipu2an, dukung-mendukung partai dan berebut kekuasaan dengan money politik dan kebohongan
BUKAN ITU POLITIK:
Politik Islam adalah mengurus kepentingan kaum muslimin dengan berpijakdan dengan menerapkan islam. Menjelaskan makar2 musuh islam dan menjelaskan hukum-hukum islam ..dalam seluruh aspek kehidupan
Ummat islampun harus dan wajib peduli politik, ingatlah sabda nabi :
Hadits: "man asbaha wa lam yahtam biamril muslimin Falaisya minhum...!! (HR:Thobroni)
Barang siapa yang bangun pagi2 dan tidak peduli dengan urusan kaum muslimin, maka mereka bukan bagian darinya, bukan bagian dari kaum muslimin”
Hadits :”Man ra’a minkum munkaran fayughoyyirhu biyadihi, faillam yas tati’ fa bilisanihi, fa illam yas tati’ fa biqolbihi, wa dzalika ad’aful iman”
Hadits:”Barang siapa melihat kemungkaran, hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu hendaklah dengan lesannya, jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itulah selemah2 iman ”(HR.Muslim);
Dua hadits tersebut menuntut ummat islam harus berpolitik: mengenal kemunkaran!!
Munkar: dilakukan individu- tidak sholat, tidak puasa, minum khomr, makan babi dll
Munkar: Dilakukan masyarakat : judi ramai2, membiarkan pornografi merajalela
Munkar: Oleh negara tidak menerapkan hukum-hukum islam dalam masalah publik
mengambil hak Allah untuk membuat hukum diganti DPR
Padahal dalam Islam :"Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah" [Al-An'am : 57]
Hukum sekuler (tidak akan memberikan keadilan hukum, pada kasus2 besar) :
1. Kasus video porno mirip artis : Tidak akan dapat di jerat Hukum (UU-KUHP-Ps-284: zina adlah delik aduan (9bulan), UU-Pornografi (Psl4-1, Psl29:6bl-12th)
Penjelasan Ps.4.ayat1- tidak termasuk untuk dirinya sendiri-kepentingan sendiri)
2. Kasus korupsi :gayus 26 M 100M), Century (6,7T), BLBI (600T)
Contoh, UU Bank Sentral itu awalnya meniru The Fed. (Bank Sentralnya Amerika) “Persis sama, hanya beberapa pasal dirubah oleh Orde Baru saat itu,” Kemudian terjadilah kasus BLBI yang merugikan uang negar lelih dari 600 trilyun pada 1998. Namun tidak ada satu pun pejabat negara yang dapat ditindak secara hukum
UU pun dirubah dan meniru Bank Central Jerman. Tetapi tetap muncul masalah, kasus Bank Century yang merugikan uang negara 6,7 trilyun. Lagi-lagi aparat terkait kasus tersebut lepas dari jerat hukum. Sekarang, rencananya UU Bank Indonesia itu akan dirubah lagi dengan diajukannya RUU Otoritas Jasa Keuangan (OJK). OJK ini merupakan tiruan dari Australia dan Inggris.
AKULU QOULI HADZA FASTAGHFIRULLAHAL’ADZIM, FASTAGHFIRUHU , INNAHU HUWAL GHOFURURRAHIIM
KHUTBAH II :
Sabda Rasulullah SAW:
[la tanqudhonna urol islami urwatan urwatan fakullamaa in taqadhat urwatun tasyabbatsan naasu billatii taliihaa fa-awwaluhunna naqdhon-al-hukmu wa aakhiruhunna ash-sholaatu]
Sungguh akan terurai simpul-simpul Islam satu demi satu. Maka setiap kali satu simpul terurai, orang-orang akan bergelantungan dengan simpul yang berikutnya (yang tersisa). Simpul yang pertama kali terurai adalah pemerintahan/kekuasaan. Sedang yang paling akhir adalah shalat. [HR. Ahmad, Ibnu Hibban, dan Al Hakim].
Kesimpulan :
- Ummat islam, terlebih ulama, mubaligh, ustadz harus tahu urusan politik, politik islam,
- Politik islam: mengurus kepentingan ummat islam dengan menerapkan islam
- Kita harus sama-sama berjuang untuk mengembalikan lagi kehidupan islam yang saat ini sirna.
- Kehidupan islam adalah kehidupan yang diatur seluruhnya hanya dengan islam, sebagai dien sempurna dari Allah
Jika benar ulama adalah pewaris para nabi, maka ungkapan yang sahih mestinya adalah ULAMA HARUS BERPOLITIK... dengan catatan politik islam. DownLoad Teks File Khutbah ...
Wednesday, June 23, 2010
PRADUGA TAK BERSALAH
Tuesday, June 22, 2010
PARTAI TERBUKA
Tiba-tiba saya ingat keteguhan nabi SAW ketika ditawari kekuasaan, wanita, harta, bahkan ancaman dan bujukan oleh petinggi quraisy melalui paman beliau Abu Thalib, dan beliau SAW menjawab tanpa kompromi: "Wahai paman, seandainya mereka letakkan matahari di tangan kanan dan bulan di tangan kiri agar aku berhenti dari dakwah ini, niscaya aku tidak akan berhenti sampai Allah memenangkan urusan ini atau aku binasa karenanya".
Saya semakin tidak mengerti apakah dan disisi manakah beliau berjuang menegakkan agama ini melibatkan orang-orang kafir yang justru akan diseru agar masuk agama ini?. Apakah piagam madinah yang antara lain berisi pasal kebersamaan membela madinah bersama-sama kemudian dapat dijadikan sandaran boleh berjuang bersama orang non muslim. Lantas dapatkah berjuang menegakkan sistem islam mengajak orang non muslim yang sunnatullahnya pasti menjadi penghalang tegaknya sistem Islam itu sendiri, seperti firman Allah "Dan kaum yahudi dan nasrani tidak akan rela sampai kamu mengikuti millah mereka" (QS 2:120). Dan rupanya inilah salah satu millah mereka yang diikuti yaitu millah DEMOKRASI yang membuat suara dakwah mungkin akan menjadi tumpul. Partai ini bisa jadi akan ditinggalkan kader dan simpatisannnya yang tidak dapat memahami perubahan ini, sementara target pemilih nasionalis dan pemilih non muslim yang dibidik tetap tidak percaya bahwa partai ini benar-benar terbuka. Belum cukupkah pelajaran dari PARTAI TERBUKA berlambang matahari bersinar yang menggunakan logika demokrasi yang sama, namun orang tetap melihat figur siapa yang menarik gerbongnya. Sepertinya 2014 nanti akan membuktikan apakah kekalahan yang sama akan berulang, dan benar kata pepatah pengalaman adalah guru yang paling baik.
Friday, June 18, 2010
TIDAK ADA ORANG PALESTINA ....
David Ben Gurion (Menjabat sebagai Perdana Menteri Israel 1949 – 1954, 1955 – 1963)
“Kita harus mengusir orang-orang Arab dan mengambil tempat mereka.” Ben Gurion and the Palestine Arabs, Oxford University Press, 1985.
“Kita harus menggunakan teror, pembunuhan, intimidasi, penyitaan tanah, dan penebangan semua layanan sosial untuk membersihkan ghoyim dari penduduk Arab-nya.” Mei 1948, untuk Staf Umum. Dari Ben-Gurion, A Biography, oleh Michael Ben-Zohar, Delacorte, 1978 New York.
“Ada Anti-Semitisme, Nazi, Hitler, Auschwitz, tapi pakah itu kesalahan mereka? Mereka melihat tapi satu hal: kami telah datang dan kita telah mencuri negara mereka. Mengapa mereka menerima itu? ” Dikutip oleh Nahum Goldmann di Le Juif Paraddoxe (The Paradox Yahudi), hal. 121-122.
“Desa Yahudi dibangun di tempat desa-desa Arab. Anda bahkan tidak tahu nama desa-desa Arab, dan saya tidak menyalahkan Anda karena buku-buku geografi tidak ada lagi. Tidak hanya buku-buku Arab yang tidak ada, desa-desa Arab juga tak ada lagi di sana. Nahlal muncul di tempat Mahlul; Kibbutz Gvat di tempat Jibta; Kibbutz Sarid di tempat Huneifis; dan Kefar Yehushua di tempat Tal al-Shuman. Tidak ada satu tempat yang dibangun di negeri ini yang tidak memiliki hubungan dengan pemiliknya, penduduk Arab.” Dikutip dari The Jewish Paradox, oleh Nahum Goldmann, Weidenfeld dan Nicolson, 1978, hal 99.
“Jangan mengabaikan kebenaran di antara kami sendiri … politik kami adalah agresor dan mereka membela diri … Negara ini milik mereka, karena mereka tinggal di situ, sementara kami ingin datang ke sini dan hidup nyaman, dan dalam pandangan mereka, kami ingin mengambil negara mereka.” Dikutip dari hal 91-2 dari Chomsky’s Fateful Triangle, yang dimuat dalam “Simha Flapan’s Zionisme dan Palestina pp 141-2 mengutip sebuah pidato tahun 1938.
“Kalau saya tahu bahwa sangat mungkin untuk menyelamatkan semua anak-anak Jerman dengan mengangkut mereka ke Inggris, dan setengahnya memindahkan mereka ke Tanah Israel, saya akan memilih yang terakhir, bukan hanya karena kebohongan tentang jumlah anak-anak ini, tetapi juga perhitungan historis dari umat Israel.” Dikutip dari hal 855-56 dalam Ben-Gurion Shabtai Teveth.
Golda Meir (Menjabat sebagai Perdana Menteri Israel 1969 – 1974)
“Tidak ada yang namanya orang Palestina … Ini bukan karena jika kami datang dan mengusir mereka keluar dan mengambil negeri mereka. Mereka tidak ada.” Laporan The Times Minggu, 15 Juni 1969.
“Bagaimana kita bisa mengembalikan wilayah-wilayah pendudukan? Tak ada seorang pun yang akan memulangkannya kepada mereka sendiri.” 8 Maret 1969.
“Setiap orang yang berbicara untuk membawa kembali para pengungsi Arab juga harus mengatakan bagaimana ia bertanggung jawab untuk itu, jika ia tertarik pada negara Israel. Lebih baik bahwa segala sesuatunya dinyatakan secara jelas dan jelas: Kami tidak akan membiarkan ini terjadi.” Dalam pidato di Knesset, dilaporkan dalam Ner, Oktober 1961
“Negara ini ada sebagai pemenuhan janji yang dibuat oleh Tuhan sendiri. Akan jadi konyol jika bertanya kepada pemiliknya sendiri.” Le Monde, 15 Oktober 1971
Yitzhak Rabin (Menjabat sebagai Perdana Menteri Israel 1974 – 1977, 1992 – 1995)
“Kami berjalan ke luar, Ben-Gurion menyertai kami. Allon mengulangi pertanyaannya: ‘Apa yang harus dilakukan terhadap penduduk Palestina?’ Ben-Gurion melambaikan tangannya sebagai isyarat yang mengatakan “usir mereka!” Dari memoar Rabin, yang diterbitkan di New York Times 23 Oktober 1979.
“[Israel] dalam 10 atau 20 tahun ke depan akan memindahkan pengungsi Jalur Gaza dan Tepi Barat ke Yordania. Untuk mencapai ini kami harus mencapai kesepakatan dengan Raja Hussein, dan tidak dengan Yasser Arafat. ” Dikutip dari David Shipler di New York Times, 1983/04.
Menachem Begin (Menjabat sebagai Perdana Menteri Israel 1974 – 1977, 1992 – 19951977 – 1983)
“[orang Palestina] adalah binatang buas yang berjalan di atas dua kaki.” Dikutip dari Amnon Kapeliouk, “Begin and the ‘Beasts’,”‘ New Statesman, 25 Juni 1982.
“Pemisahan Palestina adalah ilegal. Ini tidak akan pernah diakui …. Yerusalem akan selama-lamanya menjadi ibukota kami. Eretz Israel akan dikembalikan kepada orang-orang Israel. Semuanya. Selamanya. ” Sehari setelah pemungutan suara PBB untuk memisahkan Palestina.
Yizhak Shamir (Menjabat sebagai Perdana Menteri Israel 1983 – 1984, 1986 – 1992)
“Para pemimpin masa lalu kami meninggalkan pesan yang jelas untuk menjaga Eretz Israel dari Laut sampai ke Sungai Yordan untuk generasi yang akan datang, untuk imigrasi Yahudi, dan bagi orang-orang Yahudi, yang semuanya akan dikumpulkan dalam negara ini.” Dinyatakan pada upacara peringatan Tel Aviv untuk mantan pemimpin Likud, November 1990. Jerusalem Domestic Radio Service.
“Penyelesaian Tanah Israel adalah inti dari Zionisme. Tanpa penyelesaian, kami tidak akan memenuhi Zionisme. Sederhana.” Maariv, 21-02-1997
“(Orang-orang Palestina) akan hancur seperti belalang … kepala mereka akan hancur menimpa batu dan dinding.” Dalam pidato untuk pemukim Yahudi, New York Times 1 April 1988
Benjamin Netanyahu (Menjabat sebagai Perdana Menteri Israel 1996 – 1999, 2009 – sekarang)
“Israel harus mengeksploitasi represi dari demonstrasi di Cina, ketika perhatian dunia terfokus pada negara itu, untuk melakukan pengusiran massa antara orang-orang Arab dari wilayah ini.” Berbicara dengan mahasiswa di Universitas Bar Ilan, dari jurnal Israel Hotam, 24 November 1989.
Ariel Sharon (Menjabat sebagai Perdana Menteri Israel 2001 - 2006)
“Ini adalah tugas para pemimpin Israel untuk menjelaskan kepada opini publik, dengan jelas dan berani, dengan sejumlah fakta yang melupakan waktu. Yang pertama adalah bahwa tidak ada Zionisme, penjajahan, atau Negara Yahudi tanpa pengusiran orang Arab dan perampasan tanah mereka. ” Agence France Presse, 15 November 1998.
“Semua orang harus bergerak, berlari dan mengambil sebanyak-banyaknya puncak-puncak bukit milik Palestina untuk memperbesar permukiman Yahudi karena segala sesuatu yang kita ambil sekarang akan tetap menjadi miliki kita … Segala sesuatu yang tidak kita ambil, akan tetap menjadi milik mereka.” Agence France Presse, 15 November 1998.
Mau lihat Foto-foto siapa yang bicara di sini :
Sumber: eramuslim.com (17/6/2010)
Monday, June 7, 2010
Islamisasi Ilmu
Islamisasi Ilmu
Al-Attas segera sadar ilmu pengetahuan modern ternyata sarat nilai Barat
Oleh: Hamid Fahmy Zarkasy
Hidayatullah.com--Sekitar tahun 1992 Prof. Dr. Mukti Ali di sela-sela sebuah seminar di Gontor, tiba-tiba bergumam, “Bagi saya Islamisasi ilmu pengetahuan itu omong kosong, apanya yang diislamkan, ilmu kan netral”. Prof. Dr. Baiquni yang waktu itu bersama beliau langsung menimpali, “Pak Mukti tidak belajar sains, jadi tidak tahu di mana tidak Islamnya ilmu (sains) itu.”
Pak Mukti dengan antusias, menyahut, “Masa iya, bagaimana itu?” “Sains di Barat itu pada tahap asumsi dan presupposisinya tidak melibatkan Tuhan,” jawab Baiquni. “Jadi ia menjadi sekuler dan anti-Tuhan.” Pak Mukti dengan kepolosan dan sikap akademiknya spontan menjawab lagi, “Oh begitu”. Diskusi terus berlangsung dan soal ilmu serta Islamisasinya menjadi topik menarik.
Benarkah ilmu pengetahuan masa kini itu tidak mengakui adanya Tuhan? Pernyataan Prof. Baiquni sejalan dengan apa kata R.Hooykaas dalam Religion and The Rise of Modern Science. Di Barat, dunia dulunya digambarkan sebagai organisme, tapi sejak datangnya Copernicus hingga Newton, bergeser menjadi mekanisme. Pergeseran cara pandang ini pada abad ke-17 telah diprotes pengikut Aristotle. Menurut mereka, pandangan terhadap dunia yang mekanistis itu telah menggiring manusia kepada atheisme (kekafiran).
Tapi pendukung mekanisme seperti Beeckman, Basso, Gasendi, dan Boyle tidak terima. Dengan dalih konsep mukjizat, Boyle misalnya, beralasan, gambaran mekanistis bisa juga religius. Karena jika materi dan gerak yang menjadi esensi organisme tidak cukup untuk menerangkan fenomena alam, maka ini berarti memungkinkan adanya intervensi Tuhan melalui mukjizat. Artinya masih ada peran Tuhan di situ. Tuhan bisa sewaktu-waktu turun tangan mempengaruhi kausalitas alam semesta. Inilah occassionalisme yang menjadi doktrin Kristen hingga kini. Artinya Tuhan itu sangat transenden, berada jauh di sana dan tidak terjangkau. Sementara alam berada di sini dan tidak selalu di bawah pengawasan Tuhan.
Menggambarkan dunia sebagai mekanisme, berarti melihatnya sebagai mesin. Bagi yang atheis, mesin itu ada dengan sendirinya. Bagi yang theis, mesin itu diciptakan. Tapi di Barat kekuasaan Pencipta itu direduksi dan akhirnya dihilangkan. Dunia dulu diciptakan, namun kini bebas dari Penciptanya. Masih belum lama ketika Henri de Monantheuil, seorang penulis Perancis, pada tahun 1599 menyatakan bahwa Tuhan adalah pencipta mesin dan ciptaan-Nya, yaitu dunia ini, berjalan bagaikan sebuah mesin. Tentu, ini membuat jamaah gereja berang. Tuhan gereja dianggap tidak ikut campur urusan dunia.
Faham mekanisme tentang dunia inilah yang menguasai alam pikiran Barat modern. Paradigma positivisme dan empirisisme dalam sains Barat menjadi subur. Otoritas memahami dunia, kini berpindah dari gereja ke tangan saintis. Descartes, Gassendi, Pascal, Berkley , Boyle, Huygens, dan Newton yang konon membela Tuhan, akhirnya merebut otoritas Tuhan. Kesombongan pemikir Yunani ditiru, dan jargonnya “Man is the standard of everything” dinyanyikan ulang. Benar-salah, baik-buruk tidak perlu campur tangan Tuhan. Wahyu dikalahkan akal atau diganti dengan akal.
Jika dulu gereja bisa marah pada Copernicus dan Galelio dan menghukum Bruno, kini hanya dapat menangisi ulah para saintis. Sementara para saintis seperti tidak mau repot dan mengambil posisi, “yang tidak bisa dibuktikan secara empiris, bukan sains”. Teologi tidak bisa masuk dalam sains. Bicara fisika tidak perlu melibatkan metafisika. Argumentasi Francis Bacon sangat empiristis, “Ilmu berkembang karena kesamaan-kesamaan, sedangkan Tuhan tidak ada kesamaannya.” Maka dari itu dalam teori idola-nya Bacon mewanti-wanti agar tidak melakukan induksi berdasarkan keyakinan.
Selain itu Bacon juga mengakui, kita ini bodoh tentang kehendak dan kekuasaan Tuhan yang tersurat dalam wahyu dan tersirat dalam ciptaan-Nya. Descartes berpikiran sama, kehendak Tuhan tak dapat dipahami sehingga menghalangi jalan rasionalisme. Terus? “Kita tidak perlu takut melawan wahyu Tuhan dan melarang meneliti alam ini,” katanya. Sebab tidak ada larangan dalam wahyu. Tuhan memberi manusia hak menguasai alam. Oleh sebab itu kita bisa seperti Tuhan dan mengikuti petunjuk akal kita. Jadi, sebenarnya para saintis bukan tidak percaya Tuhan, tapi mereka kesulitan mengkaitkan teologi dengan epistemologi. Tragedinya, standar kebenaran dan metode penelitian pun akhirnya dimonopoli oleh empirisisme rasional.
Sebenarnya argumentasi Descartes dan Bacon masih belum beranjak dari pertanyaan Ibn Rusyd kepada al-Ghazali. Namun karena Ibn Rusyd terlanjur lebih populer di kalangan gereja dengan Averoismenya, pikiran al-Ghazali tidak dianggap. E. Gillson dalam karyanya Revelation and Reason jelas sekali menyalahkan Ibn Rusyd. Sebab dengan teori kebenaran gandanya, ia dianggap telah menabur benih sekularisme pada Descartes, Malebanche, David Hume, dan pemikir Barat lainnya. Tuhan tetap disembah dan diyakini wujud-Nya, tapi tidak ditemukan hubungannya dengan pikiran, ilmu atau sains.
Al-Attas segera sadar ilmu pengetahuan modern ternyata sarat nilai Barat. Andalannya akal semata dengan cara pandang yang dualistis. Realitas hanya dibatasi pada Being yang temporal dan human being menjadi sentral. Ismail al-Faruqi dan Hossein Nasr mengamini. Al-Faruqi menyoal dualisme ilmu dan sistem pendidikan muslim. Nasr mengkritisi, mengapa jejak Tuhan dihapuskan dari hukum alam dan dari realitas alam. Ketiganya seakan menyesali, seandainya yang menguasai dunia bukan Barat eksploitasi alam yang merusak itu tak pernah terjadi.
Ilmu yang seperti itu harus diislamkan, kata al-Attas. Namun mengislamkan ilmu itu tanpa syahadat dan jabat tangan sang qadi. Diislamkan artinya dibebaskan, diserahdirikan kepada Tuhan. Dibebaskan dari faham sekular yang ada dalam pikiran muslim. Khususnya dalam penafsiran-penafsiran fakta-fakta dan formulasi teori-teori. Pada saat yang sama dimasuki konsep din, manusia (insan), ilmu (ilm dan ma’rifah), keadilan (‘adl), konsep amal yang benar (amal sebagai adab), dan sebagainya. Jika Thomas Kuhn tegas bahwa ilmu itu sarat nilai, dan paradigma keilmuan harus diubah berdasarkan worldview masing-masing saintis. Bagi santri yang cerdas, tentu akan bergumam, la siyyama Muslim.
Lalu apakah setelah itu akan lahir mobil Islam, mesin Islam, pesawat terbang Islam, dan sebagainya? This is silly question, kata al-Attas suatu ketika. Yang diislamkan adalah ilmu dalam diri al-alim, dan bukan al-ma’lum (obyek ilmu), bukan pula teknologi. Yang diislamkan adalah paradigma saintifiknya dan sekaligus worldview-nya. Jika paradigma dan worldview-nya telah berserah diri pada Tuhan, maka sains dapat memproduk teknologi yang ramah lingkungan. Teknologi bisa serasi dengan maqasid syariah dan bukan dengan nafsu manusia.
Dengan worldview Islam akan lahir ilmu yang sesuai dengan fitrah manusia, fitrah alam semesta, dan fitrah yang diturunkan (fitrah munazzalah), yakni Al-Qur’an, meminjam istilah Ibn Taymiyyah. Dengan paradigma keilmuan Islam akan muncul ilmu yang memadukan ayat-ayat Qur’aniyah, kauniyyah, dan nafsiyyah. Hasilnya adalah ilmun-nafi’ yang menjadi nutrisi iman dan pemicu amal. Itulah cahaya yang menyinari kegelapan akal dan kerancuan pemikiran.[www.hidayatullah.com]
Solusi Palestina Berharap Kepada PBB & OKI, Indonesia Tidak Pernah Belajar Dari Fakta (Mengkritisi Statemen SBY)
Oleh:Lajnah Siyasiyah DPP-HTI
Penyerangan brutal militer Israel terhadap kapal kemanusiaan Mavi Marmara yang menewaskan lebih dari puluhan orang mendapat reaksi dari seluruh dunia. Seluruh dunia mengutuk dan mengecam penyerbuan itu. Nikaragua bersikap dengan memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel. Turki menarik dubesnya dari Tel Aviv. Sebagian besar pejabat dari seluruh negara mengecam serangan itu.
Tak terkecuali pemerintah Indonesia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan kepada para wartawan di Istana Negara selasa 2/6/10: “Saudara-saudara, langkah diplomasi kita ke depan adalah kita mendesak PBB to take action yang pasti, firmed, tegas, terhadap insiden ini. Indonesia juga akan menggalang dukungan internasional untuk menghentikan permukiman baru di Gaza yang justru menimbulkan permasalahan baru,” ujar Presiden kepada para wartawan.
Selain itu, kata Presiden, Indonesia juga mendorong negara-negara lain untuk meminta Israel menghentikan segala aktivitas militernya dan kembali ke perundingan yang pada intinya bertujuan memberikan kemerdekaan kepada Palestina. “Indonesia siap untuk terlibat aktif dalam perundingan bagi kemerdekaan Palestina,” katanya.
Selain itu, lanjutnya, jika perundingan berjalan konklusif, Indonesia siap terlibat dalam peace-keeping mission di Palestina. Sebagai salah satu pemimpin dunia, Presiden menyerukan kepada pemimpin dunia lainnya, termasuk Sekjen PBB, agar serius dalam menangani persoalan di Palestina. “Sebab, Indonesia punya pendapat bahwa perdamaian dunia dipengaruhi situasi politik di Timur Tengah, utamanya di Palestina,” katanya (Kompas.com, 2/6/10).
Dino Patti Djalal Juru Bicara Kepresidenan Bidang Hubungan Luar Negeri dalam konferensi pers (1/6/10), menuturkan bahwa Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah melakukan sidang darurat untuk membahas masalah penyerangan Israel terhadap konvoi kapal kemanusiaan yang membawa 10.000 barang bantuan untuk rakyat Palestina di Jalur Gaza. Dewan Keamanan PBB pun telah mengeluarkan pernyataan mengutuk aksi Israel yang menelan korban setidaknya 10 korban jiwa dan banyak lagi yang cedera. “Dewan Keamanan PBB menyerukan adanya penyelidikan, investigasi langsung,” ujarnya.
Menurut Dino, Presiden Yudhoyono merasa cukup puas dengan adanya seruan Dewan Keamanan PBB tersebut dan menyerukan agar para sukarelawan dan kapal-kapal kemanusiaan yang ditahan Israel segera dibebaskan. Dino menjelaskan, Dewan Hak Asasi Manusia PBB juga telah setuju mengadakan debat mendesak atau urgent debate guna membahas serangan Israel terhadap konvoi kapal kemanusiaan di perairan internasional.
“Urgent debate ini selain didorong oleh Indonesia yang diwakili oleh Dubes PBB di Jenewa juga didukung oleh Mesir dan negara-negara anggota OKI,” ujarnya. Debat darurat yang diselenggarakan pada hari Selasa pukul 15.00 waktu Jenewa atau Selasa malam WIB itu akan mendorong diadakannya resolusi dari Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB mengenai serangan Israel.
Terkait serangan Israel terhadap kapal kemanusiaan itu, Indonesia sebagai Wakil Ketua Dewan HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mendorong Dewan HAM mengeluarkan resolusi yang tepat. Pemerintah Indonesia juga telah mengeluarkan pernyataan yang keras terkait penyerangan militer itu.
Tidak Boleh Bergeser dari Masalah Utama
Semua pihak ramai-ramai menyerukan pembebasan semua aktifis kemanusiaan yang ditahan oleh Israel. Pemerintah Indonesia yang dua orang dari 12 orang yang ikut dalam aksi kemanusiaan itu tertembak dan sisanya ditahan juga memfokuskan perhatian untuk memulangkan mereka. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tengah mempertimbangkan untuk membentuk satuan tugas guna memperkuat Kedubes RI di Amman, Jordania, dalam usaha penyelamatan 12 warga negara Indonesia yang ditahan Pemerintah Israel.
Upaya menyelematkan pada aktifis kemanusiaan itu adalah sesuatu yang sangat penting. Semua pihak harus berupaya sekuat tenaga untuk itu. Namun upaya itu atau masalah tahanan tidak boleh berubah justru menjadi masalah utama dalam konteks ini. Masalah itu sampainya bantuan kemanusiaan ke penduduk Gaza tidak boleh terabaikan dan justru dimanfaatkan oleh Israel. Begitu pula masalah itu tidak boleh menutupi masalah serbuan brutal itu sendiri dan tindakan tegas yang harus dijatuhkan terhadap Israel.
Masalah yang harus menjadi fokus adalah tindakan apa yang harus dilakukan terhadap entitas Zionis Israel. Upaya yag dilakukan saat ini oleh berbagai pemerinta termasuk pemerintah negeri ini adalah meminta DK PBB untuk mengambil tindakan meminjam ucapan Presiden adalah tindakan yang pasti, firmed, tegas, terhadap insiden ini. Juga menuntut dilakukannya investigasi menyeluruh, langsung dan kredibel. Dan DK PBB seperti diungkapkan Dino Patti Djalal dalam konferensi pers diatas juga menyerukan dilakukannya investigasi langsung. Selanjutnya banya pihak menuntut agar DK PBB memproses dan mengeluarkan resolusi dan menjatuhkan sanksi terhadap entitas Zionis Israel. Efektifkah semua itu?
Belajar dari Pengalaman
Sejarah memberikan pelajaran berharga kepada kita. Keluarnya resolusi PBB ditentukan oleh sikap negara pemilik hak Veto terutama AS. Selama ini banyak resolusi terhadap Israel yang kandas karena diveto AS termasuk resolusi terhadap Israel atas invasi ke Gaza yang menewaskan lebih dari 1300 orang termasuk banyak diantaranya wanita, anak-anak dan orang tua. Sementara dalam kontek kejahatan yang sekarang, AS yang merupakan konco akrab Israel itu hanya mengeluarkan pernyataan basa-basi mengutuknya dan mengecam Israel dengan nada halus. Tercatat sejak tahun 1972 sampai tahun 2009, sudah lebih dari 68 resolusi PBB yang berhubungan dengan eksistensi israel di palestina diveto amerika. Ini belum termasuk resolusi setelah tahun tersebut plus resolusi terakhir saat israel melancarkan agresinya di gaza. Jadi kembali menyerahkan dan mengharap PBB mengeluarkan resolusi atas kejahatan Israel termasuk di dalamnya tindakan tegas, maka itu adalah sia-sia dan seakan main-main saja, selama AS masih terus mengangkangi keputusan PBB dengan hak vetonya.
Bahkan jika pun resolusi itu berhasil dikeluarkan oleh PBB, apakah akan efektif menindak Israel atas kejahatannya itu? Lagi-lagi sejarah menunjukkan bahwa resolusi PBB itu seakan hanya efektif diberlakukan terhadap negeri-negeri islam namun melempem dan tumbul terhadap Israel. Sejak berdirinya Israel sudah melanggar lebih dari 85 resolusi PBB, namun tidak ada satuun tindakan tegas dijatuhkan terhadap Israel. Maka lagi-lagi sejarah dengan gamblang mengatakan resolusi PBB tidak akan berart apa-apa. Karena itu menggantungkan tindakan tegas dan hukuman terhadap Israel kepada PBB dengan resolusinya adalah sia-sia. Kenyataan itu sudah diketahui oleh semua orang. Para penguasa dan politisi pasti sangat mengetahui kenyataan itu. Lalu kenapa sesuatu yang sudah jelas tidak efktif itu masih saja diupayakan dan dijadikan sandaran harapan?
Hal yang sama ketika mengharapkan dilakukannya investigasi independen dan kredibel terhadap serbuan Israel atas kapal kemanusiaan itu. Pertanyaannya, akankah itu bisa melahirkan tindakan tegas terhadap Israel? Perlu diingat tahun 2009 lalu terjadi invasi Gaza oleh Israel, invasi yang lebih brutal menewaskan lebih dari 1400 orang dan banyak diantaranya wanita, anak-anak dan orang tua, dan melukai lebih dari 5000 orang. Setelah itu dilakukan investigasi oleh sebuah komite yang diketuai oleh Goldstones dan menghasilkan laporan dan rekomendasi yang dikenal Goldstone Report. Goldstone Report benar-benar membuktikan Israel melakukan pembunuhan dan pemerkosaan terhadap korban-korban yang tak bersalah. Namun toh laporan itu ditolak oleh pemerintah Amerika dan dicegah untuk diajukan ke Dewan Keamanan PBB dan Pengadilan Internasional. Akhirnya investigasi dan laporan itupun menjadi lembaran kertas tidak berguna. Maka sejarah kembali mengatakan dengan keras dan tegas bahwa investigasi meski dilakukan atas perintah DK PBB sekalipun tidak akan melahirkan tindakan tegas terhadap Israel. Hasilnya pun sering kali kandas dan jika pun keluar maka tidak akan digubris oleh Israel. Pasalnya puluhan resolusi PBB yang sifatnya lebih mengikat dan lebih kuat saja dilanggar dan tak digubris oleh Israel apalagi semua rekomendasi dan keputusan yang lebih rendah dan lebih lemah. Lagi-lagi jalan ini hanyalah sia-sia.
Sama sia-sianya menyeru negara-negara OKI untuk berkumpul dan mengambil tindakan terhadap Israel. Pada juli 2006 resolusi 57 negara anggota OKI kepada PBB tentang kecaman terhadap yahudi israel yang disetujui oleh DK PBB, diveto oleh AS. Artinya 57 negara menghadapi satu negara AS pun tidak mampu. Negara-negara OKI bukanya tidak memiliki kekuatan riil atau kekuatan militer yang cukup untuk menindak Israel. Namun yang ada adalah tidak adanya kemauan untuk menggunakan kekuatan itu dalam menindak Israel. Paling banter yang bisa dihasilkan oleh OKI hanyalah kecaman dan kutukan, tidak lebih. Tentu saja semuanya akan tak digubris oleh Israel. Begitu pula segala upaya diplomasi melalui lembaga-lembaga lainnya.
Sejarah puluhan tahun telah membuktikan, segala upaya diplomasi selalu gagal dalam menindak dan menghukum Israel. Serangan Israel terhadap kapal kemanusiaan dan aktifis di atasnya membuktikan bahwa Israel sama sekali tidak mengindahkan nilai-nilai kemanusiaan. Juga menunjukkan bahwa satu-satunya bahasa yang dipahami oleh Israel adalah bahasa perang. Karenanya hanya bahasa perang sajalah yang akan bisa diperhatikan oleh Israel.
Maka jalan satu-satunya untuk menindak tegas Israel adalah dengan memobilisasi tentara dan senjata untuk mengepung Israel dan menghancurkannya serta menghukum para pemimpin dan siapa saja yang telah melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap kaum muslim khususnya penduduk Palestina. Negeri-negeri Islam sejatinya memiliki kekuatan militer dan persenjataan yang lebih dari mencukupi untuk melakukan itu. Yang belum ada di negeri kaum muslim adalah seorang penguasa mukhlis yang mau memobilisasi militer dan persenjataannya untuk melakukan itu. Karena itu kaum muslim harus berjuang keras mewujudkan pemimpin mukhlis itu yaitu dengan membaiat seorang khalifah yang rasyid dan mukhlis. Khalifah akan menggerakkan tentara dan memobilisasi persenjataan dalam rangka jihad membela islam dan kaum muslim, membela penduduk Palestina dan siapapun dari kekejaman dan kebrutalan Israel dan mencabutnya entitas zionis itu sejak dari akarnya.(LS)
Dari: sumber