Kalisa Religia Episode 23 (18 Juni 2012)
HIDAYAH DAN
DHOLALAH
Banyak sering kita dengar seseorang ditanya: kok anda belum
naik haji, padahal padahal anda mampu? Dijawab:”sebenarnya saya ya pengin naik
haji, TAPI SAYA BELUM DAPAT PETUNJUK”. Ada lagi seorang wanita ditanya:”anda
muslimah, kok belum pakai kerudung ya?” dijawab sama : “sebenarnya saya ingin
pakai kerudung, tetapi sampai saat ini saya belum dapat petunjuk”. Bahkan ada
dosen non moslim yang mengajar ilmu-ilmu islam di perguruan tinggi islam negri,
ketika ditanya :”Kenapa anda tidak masuk islam saja”, juga dijawab sama :”SAYA
BELUM DAPAT PETUNJUK”. Ada lagi seorang tuna susila mengatakan : “saya
sebenarnya ingin berhenti dari pekerjaan ini, tapi saya belum dapat hidayah…”.
Benarkah petunjuk itu sesuatu yang harus ditunggu-tunggu
dengan pasif, dan ketika secara “kebetulan” Allah memberi petunjuk, maka
jadilah ia orang yang beruntung, dan jika “kebetulan” Allah tidak memberi
petunjuk, kasihan dan sial-lah orang tersebut. Ataukah petunjuk itu harus dicari
secara pro-aktif oleh manusia. Sehingga jika kemudian Allah memberinya
petunjuk, maka itu sudah sepadan dengan usaha yang dia lakukan?.
Pendapat yang menyatakan petunjuk itu pasif ditunggu
adalah berdasarkan beberapa ayat antara lain :
Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka dialah
yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan Allah, Maka merekalah
orang-orang yang merugi. (Al-‘Araf [7]: 178).
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk,
akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang
dikehendaki-Nya. (Al-Baqarah [2]: 272)
Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya
petunjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. dan
barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan
dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. begitulah
Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. (Al-An’am [6]:
125)
Pendapat yang menyatakan bahwa petunjuk itu harus dicari
berdasarkan ayat-ayat :
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh Maka
(pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat,
Maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu
menganiaya hamba-hambaNya. (Al-Fushilat [41]: 46)
Katakanlah: “Jika Aku sesat Maka Sesungguhnya Aku sesat atas
kemudharatan diriku sendiri; dan jika Aku mendapat petunjuk Maka itu adalah
disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya dia Maha
mendengar lagi Maha Dekat”. (As-Saba’ [34]:50)
Barangsiapa yang
berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka Sesungguhnya dia berbuat itu untuk
(keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya dia
tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak dapat
memikul dosa orang lain, dan kami tidak akan meng’azab sebelum kami mengutus
seorang rasul. (Al-Israa [17]: 15)
Jika dikumpulkan ayat-ayat tentang hidayah (petunjuk) dan
dhalalah (kesesatan) ternyata akan kita temukan kenyataan bahwa :
- Allah memberikan tingkatan hidayah, antara lain :
·
Hidayah khalqiah (Akal
dan Naluri kepada kebenaran )
-ALam naj’alhu ‘ainain, wa lisanaw
wasyafatain, WA HADAINAHUM NAJDAIN (Al Balad 8-10). Dan aku telah menunjuki
kepadanya dua jalan
-FA ALMAHA FUJURAHA WA TAQWA HA (Asy
Syam 8). Maka aku ilhamkan kepadanya jiwa sesat dan jiwa taqwanya.
·
Hidayah Irsyad wal Bayan
(Petunjuk dan penjelasan)
-
Al Baqoroh 185 (bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al
Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk
itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).)
·
Hidayah Taufiqiyyah (Hidayah yang langsung dari Allah) : diberikan
kepada orang-orang yang mencari petunjuk
-
Dan orang-orang yang mau
menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan
ketaqwaannya. (Muhammad [47]: 17)
-
”Dan orang-orang yang
berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada
mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang
yang berbuat baik.” (Al Ankabut (29): 69)
- Allah memberi petunjuk (hidayah taufik) kepada orang yang bersungguh-sungguh mencari petunjuk
- Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orangb yang zalim (QS AL JUmah 5), tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik (QS As Shaaf : 5),
- Allah tidak menganiaya hambanya, tetapi hamba itu yang menganiaya diri sendiri (AN Nisa97).
Sesungguhnya
orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri[342],
(kepada mereka) malaikat bertanya : "Dalam keadaan bagaimana kamu
ini?." Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di
negeri (Mekah)." Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu
luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?." Orang-orang itu
tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali
No comments:
Post a Comment