Friday, January 7, 2011

ISLAM DIMENSI TIGA

Bagi setiap muslim, pendapat bahwa Islam mengatur hidup muslim pada segenap aspek kehidupan merupakan pandanagn yang logis yang memang berdasarkan pada nash yang jelas (QS 16:89). Tetapi pada kenyataannya, masih ada dan cukup banyak muslim yang juga berpendapat bahwa Islam hanya mengatur hubungan individu seorang hamba dengan Tuhannya, sedangkan hubungan sesama manusia dalam ranah yang lebih luas seperti politik, ekonomi, hukum atau sosial, islam tidak terlalu mengatur kecuali hanya memberi substansi-substansi dasar yang bersifat etika dan moral sedangkan detailnya harus dicari manusia sendiri sesuai dengan perkembangan zaman. Mana yang benar? jawabanya akan sangat tergantung kepada pada "aliran" apa kita berpijak. Jika kita menghendaki islam mengatur segenap aspek kehidupan, mengatur individu, termasuk masyarakat dan bahkan negara, maka "biasanya" kita akan diberi cap : islamist, eksklusive, fundamentalis, radikalis, ekstrimis, dan bisa juga akhirnya hanya akan menjadi "teroris". Sedangkan jika kita menganut pendapat yang kedua, kita akan diber gelar ("bukan cap") : moderat, islam toleran, islam inklusive, islam yang berkemajuan, ummat tengahan, dan sejenisnya gelar-gelar yang sangat sejuk.
Secara konsep ajaran, Islam dapat dikelompokkan menjadi 3 dimensi, yaitu :
Dimensi 1 mengatur aqidah dan ibadah mahdhah (hubungan manusia dengan Tuhan)
Dimensi 2 mengatur akhlak makan,minum, pakaian (hubungan manusia dengan diri sendiri)
Dimensi 3 mengatur hubungan manusia dengan manusia yang lain (muamalah seperti politik, ekonomi, hukum, sosial, pendidikan bahkan hubungan luar negeri)


Sayangnya, meskipun 3 dimensi itu mestinya utuh dipahami, dipelajari, dikaji, diamalkan dan juga didakwahkan, pada prakteknya yang lebih dipahami, diamalkan dan didakwahkan adalah islam dimensi 1 dan dimensi 2, sedangkan islam dimensi 3 agak kurang atau bahkan tidak sama sekali.

Kenyataan pemahaman dan praktek islam seperti itulah yang menyebabkan islam kehilangan keindahan dan keagungannya. Islam juga kehilangan kekuatan dan kehebatannya untuk menjadi solusi problem kehidupan. Yang muncul kemudian ironi dan paradoks. Ironi bahwa disatu sisi jamaah haji makin banyak tetapi jamaah korupsipun makin panjang dan menggila. Pengajian diadakan dimana-mana, tetapi kemaksiayatan pun tidak kalah makin marak dan merajalela, seperti tidak pernah nyambung. Bahkan lebih jauh yang muncul adalah phobi dan tuduhan bahwa islam yang penyebab semua kemunduran ini. Islam pula penyebab segala kerusakan dan ketidak adilan.

Oleh karena itu, bagi siapa yang merindukan nasib ummat islam berubah, yang merindukan kejayaan Islam, yang mendambakan dunia yang penuh kedholiman dibawah tatanan ideologi sekuler ini berubah, maka harus mulai menyadari, bahwa semua itu tidak akan terwujud kecuali ideologi Islam memimpin dan mengatur dunia. Dan semua keinginan itu juga hanya angan-angan saja ketika Islam hanya dipahami oleh ummat Islam hanya pada aspek ritual (dimensi 1) dan akhlak spiritual (dimensi 2). Dengan demikian perlu adanya perombakan strategi dalam penyampaian Islam (dakwah) kepada ummat Islam pada aspek-aspek yang terkait dengan dimensi 3. DIperlukan corong-corong dakwah, media-media dakwah, pelaku-pelaku dakwah yang selalu menyadarkan ummat bahwa pelaksanaan dimensi 3 itulah kesempurnaan Islam akan terlihat, dan kesempurnaan pelaksanaan dimensi 1 dan 2 juga akan dapat optimal.

No comments:

Post a Comment