Monday, June 27, 2011

KHUSYU'


Khusyu Hampir semua umat beragama mencari atau berlomba-lomba mencari kekhusyuan dalam ibadahnya, bahkan bila mungkin juga khusyu dalam kehidupannya, namun apa dan dimana serta bagaimanakah khusyu itu sebenarnya, banyak orang berusaha konsentrasi dalam ibadahnya, ada juga yang berusaha menyatu dengan alam agar mendapatkan apa yang dinamakan khusyu tersebut, namun kenyataannya apa yang terjadi, mengapa sang khusyu tiada kunjung tiba, sehingga orang akhirnya ada yang merasa frustasi karena tidak pernah berhasil mencapainya, tentu saja akibat dari rasa frustasi ini akan sulit diperkirakan akibatnya.

Benarkah hingga sedemikian sulitnya untuk mendapatkan apa yang dinamakan khusyu tersebut?, Ataukah disebabkan oleh ketidak tahuan bahwa sebenarnya khusyu adalah hadiah, sehingga tidak akan didapatkan dengan cara memaksakan, melainkan harus ditunggu kedatangannya dengan sabar, syukur, berserah diri serta tertib. Jika khusyu adalah hadiah, mengapa ada sebagian orang yang konsentrasi dengan cara-cara shalat panjang ataupun dengan berdzikir panjang ternyata dapat juga mencapai khusyu, walaupun dengan pengorbanan yang besar baik itu dari segi waktu maupun tenaga, sekiranya untuk mendapatkan khusyu haruslah sedemikian besar pengorbanannya, tentu akan sulitlah bagi orang-orang biasa yang mempunyai kesibukan keseharian yang cukup banyak, sedangkan khusyu itu sendiri adalah hak bagi semua orang.

Bagi mereka yang berkeluangan waktu dan tenaga, mereka dapat melakukan pengkonsentrasian dengan melakukan shalat taupun dzikir panjang, sehingga dengan terkurasnya tenaga hingga habis maka tanpa terasa mereka telah bersih diri, sabar serta berserah diri, sehingga khusyu bisa didapatkan walaupun mereka hanya mendapatkan khusyu ibadah dan bukan khusyu kehidupan. Sedangkan mereka yang berusaha menyatu dengan alam, mereka merasakan mendapatkan ketenangan jiwa yang mereka anggap kekhusyuan walaupun sebenarnya adalah bukan, semua itu dikarenakan menyatu dengan alam adalah menyatukan jiwa dengan bumi, ataupun sejauh-jauhnya menyatukan jiwa dengan alam semesta, yang kedua-duanya masih termasuk hitungan dunia. Sedangkan khusyu kaitannya adalah dengan akhirat, kesalahan-kesalahan tersebut memang umum terjadi, tentu saja penyebabnya adalah kesulitan dalam membedakan yang mana mata bathin dengan yang mana mata terbuka hijab ghaib, mata terbuka hijab ghaib adalah mata yang dapat melihat mahluk ghaib, tentu saja yang terlihat bukanlah yang Maha Ghaib, ataupun akhirat yang jauh diluar alam semesta, sedangkan mata bathin tentu saja tidak melihat melalui kedua matanya itu, karena pada saat mata bathin terbuka, semua panca indera tetap berfungsi seperti biasanya dan tidaklah seperti orang yang kehilangan kesadarannya.

Sekarang pertanyaannya adalah, jadi dapatkah dan atau bagaimanakah kita sebagai orang-orang biasa saja dapat mencapai apa yang dinamakan khusyu beribadah, bahkan khusyu dalam kehidupan, jawabannya tentu saja dapat, sedangkan masalah bagaimananya, kita harus menelaah lebih dahulu dasar-dasar pendukung pemberian hadiah khusyu itu sendiri, pada dasarnya Islam adalah pola hidup yang harus di dukung oleh kesadaran yang setinggi-tingginya, oleh karena itulah maka umat Islam diwajibkan melaksanakan shalat lima waktu sebagai pembentukan pola beribadah, yang harus dilakukan dengan kesadaran sepenuhnya, sehingga sangat tidak disarankan kita shalat sambil menutup mata, bahkan pergerakannya pun haruslah dilakukan dengan setertib-tertibnya agar lisan maupun pergerakan shalat itu senantiasa tetap terjaga niat, arti serta tujuannya, tidak menjadi susut dimakan lalai karena sudah terbiasa atau begitu rutinnya, karena segala sesuatu perbuatan manusia itu, yang pertama-tama di lihat adalah niatnya, seperti yang sudah umum kita lihat dalam keseharian, bagaimana salam yang begitu sering di ucapkan menjadi berubah fungsi dan artinya menjadi say halo saja, padahal saling memberi salam itu sebenarnya adalah saling mendo'a kan, sehingga niat bersalam itu niat mendo'akan orang, tujuannya adalah agar orang yang dido'akan tersebut selamat dunia akherat, mendapat rahmat serta berkah dari Allah, hukumnya bagi orang yang mendo'akan akan mendapat yang sama, tanpa mengurangi sedikitpun dari orang yang dido'akannya, adapun dalam kehidupan keseharian kita di ajarkan untuk membaca Basmallah setiap kali hendak melakukan sesuatu, serta do'a-do'a harian yang dapat menjadi pagar kehidupan kita, asalkan semuanya itu dilakukan dengan selalu menyadari sepenuhnya akan niat, maksud serta tujuan setiap segala sesuatu yang kita lakukan.

Oleh karena itu, dalam melaksanakan shalat usahakanlah senantiasa melaksanakannya penuh dengan kesadaran serta ketertiban, tertib dalam setiap gerakan serta lisan, tidak kehilangan niat, maksud, tujuan serta melakukannya hanya karena Allah, demikian pula dalam melaksanakan kehidupan keseharian kita, lakukanlah semua karena Allah serta jelas niat, maksud, tujuannya, jadikanlah segala sesuatu dalam kehidupan kita menjadikan kita mengingat Allah, mengejar pahala karena di suruh Allah melalui rosulnya, menghindari dosa karena dilarang Allah melalui rosulnya, berdo'a meminta kepada Allah yang maha kaya serta maha pengasih lagi penyayang kata rosulnya, Basmallah menempatkan Allah menemani serta mengawasi kita begitulah yang disampaikan rosul Allah tentang keseharian, ingatlah bahwa mengingat Allah dan rosulnya akan senantiasa memperkuat Syahadat kita, sedangkan pola hidup Islami akan membuat kita otomatis berdzikir mengingat Allah pada saat berdiri, duduk dan tidur.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dengan melakukan ibadah yang penuh dengan kesadaran dan ketertiban, ditambah hidup dengan pola Islami, tawadhu, sabar serta pandai bersyukur dan senantiasa berprasangka baik pada Allah, istiqomah dalam menjalankan semua itu, InsyaAllah hadiah khusyu dalam beribadah maupun khusyu dalam keseharian yang didambakan akan kita didapatkan.

Ciri-ciri khusyu, bila kita mendapatkannya adalah terbukanya mata bathin kita, yang dapat dirasakan sebagai rasa haru yang sangat, apabila kita sedang mengingat Allah, akhirat, surga, Rasulullah, dosa-dosa yang telah lalu serta lain-lain hal yang berkaitan dengan ruhani kita, rasa haru tersebut membuat kita merasa hati tergores rindu, menetes airmata, banjir airmata bahkan bisa sampai menangis tersedu-sedu. Sebagai catatan tambahan, dalam keseharian kita di jalanan baik dalam berkendaraan maupun berjalan kaki, seringkali tanpa disadari kita menghancurkan pola hidup Islami kita dengan menghinakan diri menjadi preman bahkan menjadi perampok, yang merampas atau merampok hak orang lain dengan memotong, memepet, mengambil jalan orang lain, menghalangi, menyebrang dengan berlambat-lambat, saling memaki atau mengumpat serta lain-lain perangai tidak terpuji yang kita lakukan, perlu kita sadari bahwa semua orang ingin cepat sampai ke tujuan dengan tenang, tentram dan aman di jalan, menjalin dan menjaga silaturahmi sangatlah di sarankan bagi orang Islam.


by Abu Sangkan
(sumber asli :di sini)

Sunday, June 5, 2011

Pinter-pinter kok Masuk Pondok (2)


Serasa waktu berjalan sangat cepat. Hanif (Aik) menyusul kakak2nya menjadi capel di Gontor 2 sejak 2 Juni 2011. Berat rasanya berpisah..., lebih berat daripada ketika Alfa ke Gontor 5 tahun lalu, karena Alfa sudah lulusan SMP, sementara Aik baru lulus SD (malah belum lulus... karena belum pengumuman, baru tanggal 18 Juni 2011). Terngiang komentar teman 5 tahun lalu ketika saya memasukkan anak ke Pondok Pesantren, "pinter-pinter kok masuk Pondok". Tidak banyak memang teman se sekolah Aik yang ke Pondok, kebanyakan ke SMP-SMP favorit, meskipun harus dag-dig-dug dengan NEM.
Aik terdaftar sudah pada urutan 703, dari target (katanya 2500 siswa).
Menyaksikan Aik tidur di kasur lipat (di kamar 8x8 m diisi 40 orang), makan sederhana, dan mulai rutin untuk selalu antre... rasanya ayah dan ibu tak tega dan selalu ingin menitikkan air mata. Tetapi menyaksikan latihan disiplin super ketat 5 kali sehari, sholat berjamaah bersama ratusan dan mungkin nanti ribuan siswa lain, main bola, olah raga berbagai rupa, latihan pidato, dan kebersamaan dengan teman sebaya seluruh Indonesia (bahkan ada yang dari luar), rasanya jadi terhibur kesedihan berpisah dengan Aik.


Meskipun dibanding teman-teman lain yang maunya ditunggu beberapa hari, Aik hanya ditunggu ibunya semalam, dan ditunggu Bapaknya 2 malam sudah mau ditinggal. Malah orang tuanya yang tidak tega dan ditega-tegakan. Tapi ini tentu tak ada istimewanya, karena hampir semua orang tua mengalami perasaan yang sama. Tentu akan lebih berat jika berasal dari luar jawa. Semua orang tua memiliki harapan yang sama, agar anak-anaknya menjadi anak yang sholeh dan sholehah... hanya cara mereka menempuh dan ikhtiar memang berbeda-beda...
Ya Allah lindungilah anak-anak ini, dan jadikanlah mereka para pejuang-pejuang agamaMu... dimanapun nanti mereka berada. Karena sesungguhnya kami sadar bahwa... anak-anak kami hanyalah amanatMu... maka kami kembalikan mereka dalam lindunganMu dan penjagaanMU... Amin...Ya rabbal 'alamin.....