Saturday, April 16, 2011

SIBGHOTALLAH


138. Shibghah Allah[91]. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah.

[91]. Shibghah artinya celupan. Shibghah Allah: celupan Allah yang berarti iman kepada Allah yang tidak disertai dengan kemusyrikan.

Dalam ayat tersebut Allah mengibaratkan Islam sebagai celupan, sibghoh. Dan Allah menanyakan siapakah yang lebih baik celupannya?. Memang ibarat air samudra, Islam sebagai sistem yang maha luas mengatur seluruh aspek kehidupan itu ibarat celupan. Islam mengatur bukan hanya yang remeh-remeh seperti masuk kamar mandi, cara kencing yang baik, cara menggauli istri atau mendidik anak, tetapi juga yang besar-besar cara mengatur masyarakat, cara membuat hukum negara sampai bagaimana hubungan luar negeri dari suatu negara.
Sayangnya,...
Cara pandang sekulerisme yang ditanamkan sejak kecil oleh pendidikan kita, kurukulum kita, guru-guru kita, telah mengkerdilkan cara pandang kita terhadap islam, hanya sebatas ibadah mahdhah dan akhlak saja.
Sehingga ketika mereka diajak mari kita berjuang menerapkan islam secara kaffah, dalam seluruh aspek kehidupan, karena di sanalah terletak kesempurnaan islam, di sanalah "rahmatan lil 'alamin" islam akan terlihat, maka buru-buru ditepis: " gak usah muluk2 lah, wong yang sederhana-sederhana saja belum bisa menjalankan kok", kita kan bukan negara agama, juga bukan negara islam. Kalau ngotot ingin menerapkan islam, lantas ummat agama lain dikemanakan?, ummat agama lain juga boleh dong ngotot ingin menerapkan agama mereka.......

Saturday, April 9, 2011

Adian Husaini: Film Hanung Kampanye Pluralisme yang Vulgar



Pakar pemikiran Islam, Dr Adian Husaini punya kesan sendiri setelah melihat langsung film karya Hanung Bramantyo berjudul ‘?’ (baca: Tanda Tanya) yang mulai menghiasi layar lebar di Indonesia pada 7 April 2011 lalu.

Menurunya, film ini jelas-jelas sebuah kampanye pluralimse yang vulgar.

“Jelas kampanye pluralisme, malah pluralisme yang vulgar,” ujar Adian.

Peniliti Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) ini menambahkan, dalam pandangan Islam, orang Murtad itu sangat serius, tidak bisa dianggap main-main. Dalam Islam, orang murtad itu dianggap kafir dan kata kafir itu bukan kata main-main.

“Setelah saya melihat trailer film ini yang lebih dulu disebarkan di YouTube, hingga menonton langsung filmnya malam ini, jelas sekali, film ini sangat merusak, berlebihan, dan melampaui batas.”

Menurut pria yang juga kolumnis tetap di hidayatullah.com ini pesan dalam film ini ingin memberikan kerukunan, tetapi justru memberikan streotype (cap) yang buruk pada Islam,

Misalnya; kasus menusup pendeta, mengebom gereja dll. Kasus-kasus itu kemudian diangkat menjadi sterotype. Menurut Adian, peran-peran Islam juga digambarkan dengan buruk. Orang murtad dari Islam dianggambarkan sebagai hal yang wajar saja, juga semua agama digambarkan menuju tuhan yang sama.

“Dalam film ini, dibuat seolah orang keluar dari agama Islam itu sesuatu yang biasa saja,” katanya.

Menurut Adian, semua yang digambarkan Hanung dalam film itu jelas paham Pluralisme yang sangat ditentang dalam Islam. Sebab kerukunan itu, kata Adian, bisa diwujudkan tanpa mengorbankan keyakinan masing-masing.

Karena itu, Adian menilai, pesan film Hanung ini sangat berlebihan, terutama jelas merusak konsep Islam. Merusak konsep tauhid, syirik, iman dan kufur.

“Sangat disayangkan film seperti ini disebarluaskan. Ini bukan menumbuhkan kerukunan, malah merusak kerukunan itu sendiri.”

Menurutnya, atas nama Pluralisme, semuanya dirusak dengan cara berlebih-lebihan. Padahal tidak mungkin semua agama dihilangkan klaim kebenaran.Padahal selama ini tidak ada masalah. Jadi film ini sangat berbahaya.

Adian juga mempertanyakan, “Apa sih yang mau dicapai dengan tontonan-tonan seperti ini?”

Padahal jelas sekali dalam Islam, ada tauhid ada syirik, ada iman ada kufur. Batas-batas itu harus dipegang. Kalau produser, penulis, pemain dan sutradara mengaku dirinya Muslim, seharusnya dia menjaga batas-batas aqidah dan keimanan dia.

Kapan dia memegang keyakinannya dan kapan harus menjaga kerununan dengan orang lain.

“Jadi film ini salah kaprah dan berlebihan yang justru merugikan kerukunan umat beragama sendiri.”

Dia menyarankan, di era kebebasan ini, umat Islam harus berhati-hati, karena banyak ide-ide menyesatkan digambarkan dengan cenematografi yang dibungkus humor atau memancing tawa. Orang lupa, padahal di balik tawa dan canda itu ada sesuatu yang serius.

Dengan era apa saja sekarang ini, di mana orang bisa nonton apa saja, bisa produksi apa saja, langkah terbaik adalah “Kuu anfusakum wa ahlikum naaro” (jagalah keluargamu dari api neraka).

Film Hanung ini, kata Adian seperti pernah disampaikan Allah dalam Qur’an Surat Al-An’am; 112, dengan istilah “Zuhrufal Qauli Ghururo” [perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)].

Sebagaimana disebutkan dalam terjemahan Quran Surat Al-An’am: 112, berbunyi, “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jika Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” [Quran Surat 6:112]

Lebih lanjut, ia berharap Hanung memang sedang tidak menyadari kekeliruannya.

“Saya berharap ia (Hanung) tidak sadar dan keliru. Dan bertaubat, memohon ampun pada Allah itu lebih baik daripada mempertahankan hal yang salah,“ ujarnya.

Sebelum ini, KH A.Cholil Ridwan, Ketua MUI Bidang Budaya sempat mengirimkan rilim kepada redaksi hidayatullah.com, yang menyebut film ini dapat mendukung orang murtad (keluar Islam).(hidayatullah.com, 8/4/2011)

Thursday, April 7, 2011

SAYA BERLEPAS DIRI DARI KAMU


Dan ketika syaitan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: "Tidak ada seorang manusiapun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu." Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), syaitan itu balik ke belakang seraya berkata: "Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah." Dan Allah sangat keras siksa-Nya (QS . Al Anfal :48)

Demikianlah kira-kira para penguasa boneka arab seperti Mubarak, Qaddafi, Ben Ali, dan lain-lain saat ini .
Begitulah nasib para penguasa boneka yang telah melayani barat selama puluhan tahun, dan mengangap barat adalah pelindung dan penolong. Ketika gelombang revolusi ummat yang sudah tidak tahan ditindas selama puluhan tahun menghancurkan kekuasaan mereka maka baratpun lari meninggalkan mereka.
Tidakkah mereka mengambil pelajaran?
Tidakkah para penguasa negeri-negeri muslim mengambil pelajaran?? bahwa pelindung yang sebenarnya adalah Allah, Rosulnya dan orang-orang beriman? Bukan Inggris, Perancis atau Amerika??